Selamat Jalan Gus…


Saya baru saja pulang dari jalan-jalan ketika menyalakan TV, menyalakan komputer, dan mendengar kabar duka: Gus Dur meninggal. Sudah cukup lama saya mendengar kabar tentang kritisnya kondisi kesehatan Gus Dur. Tapi tetap saja,sebagaimana semua kabar kematian, berita itu tetap menerbitkan kaget. Tiba-tiba saya merasa ada yang kosong. Merasa sangat kehilangan. Saya tidak pernah bersedih ketika ada politisi meninggal, saya tidak pernah menitikkan air  mata ketika ada mantan presiden wafat. Baru kali ini. Saya merasa ada yang tercerabut dari diri saya. Ada yang hilang.

Secara personal kami tidak saling mengenal. Saya bahkan cuma sekali bersalaman dengan beliau ketika ada acara keluarga besar istri saya di Jombang. Selain itu, paling banter saya hanya melihatnya dari kejauhan. Tapi rasa sedih dan kehilangan itu justru makin kuat karena saya merasa mengenal beliau melalui gagasan dan ide-idenya. Apa yang ia pikirkan dan katakan turut mengubah cara saya memandang dunia dan kehidupan.Saya merasa dekat dengannya karena itu.

Dalam hal itu, saya mengenal Gus Dur sejak saya masih sekolah di SMA. Kala itu saya mengikuti apa yang ia katakan melalui media massa. Juga melalui rekaman kaset yang beredar dari satu tangan ke tangan lain. Kalau tak salah ingat, saat itu adalah masa ketika Gus Dur mulai masuk dalam orbit politik nasional:menjadi ketua umum PBNU. Dengan posisi seperti itu, perkataannya banyak dikutip media. Melalui itulah saya mulai mengenal Gus Dur. Ketika mulai kuliah, saya berteman dengan banyak orang yang sangat mengagumi Gus Dur. Melalui mereka saya mendapatkan banyak tulisan Gus Dur, baik di jurnal di Prisma maupun di media lain. Melalui tulisan-tulisannya itulah Gus Dur bagi saya adalah inspirasi. Saya tak perlu mengulang tentang bagaimana ide  dan gagasan Gus Dur. Selama beberapa hari ke depan, pasti Anda akan banyak menjumpainya di media massa. Pada titik ini, saya tidak peduli jika ada yang mengatakan bahwa apa yang saya pikirkan banyak dipengaruhi oleh Gus Dur. Saya bahkan bangga karena itu. Karena Gus Dur pula saya bangga menjadi bagian dari kaum nahdliyin.

Bagi saya, dan mungkin bagi jutaan orang lain di negeri ini, apa yang dipikirkan dan dicita-citakan, harus terus hidup dan dihidupi.  Konon, kita hanya boleh mengatakan hal baik dari orang yang sudah meninggal, dan saya memang tak mungkin mengatakan yang sebaliknya karena hanya hal baik yang sekarang saya bisa ingat tentang Gus Dur…

Selamat jalan Gus…tugasmu sudah usai. Kini tinggal kami, anak-anak ideologismu, yg punya pilihan: punya nyali atau tidak untuk meneruskan perjuanganmu..

7 thoughts on “Selamat Jalan Gus…

  1. (maaf) izin mengamankan PERTAMA dulu. Boleh kan?!

    Alamendah’s Blog turut mengucapkan berbela sungkawa atas meninggalnya guru bangsa; Gus Dur. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah swt. Amien

    1. @Mas Heru

      Selamat tahun baru 2010, mari kita awali dengan niat dan kemauan yang kuat semoga Allah melancarkan dan memudahkan semua usaha kita, Amin.

      Salam hangat selalu,

      #Haniifa.

  2. Orang sehabat beliaupun tak luput dar maut
    met jalan gus….tempatmu indah disana
    dan biarkan kami meneruskan apa yang panjenangan cita-citakan (sakmampune)

Leave a reply to حَنِيفًا Cancel reply